Jumat, 04 September 2009

Gua Sunyaragi Nan Mempesona

Gua Sunyaragi adalah satu dari sekian tempat wisata yang dicari pelancong jika mengunjungi Cirebon. Sempat terabaikan beberapa tahun, kini gua Sunyaragi tampil mempesona. Beberapa sudutnya yang sempat terabaikan telah direnovasi. Indah dan unik.
Gua Sunyaragi berbeda dengan kebanyakan gua pada umumnya, yang rata-rata terletak di hutan, daerah pegunungan, atau daerah pinggir laut. Komplek Gua ini terletak di kota Cirebon, dan dilewati para pemudik setiap tahunnya.
Pada jaman Sunan Gunung Jati konon tempat ini dibuat sebagai tempat bertapa sang Sunan Gunung Jati, dan tempat pemandian putri keraton. Menurut hikayat dengan memasuki gua ini sang Syekh dapat tiba di Tanah Suci Mekah.
Kini pemda setempat seringkali mengadakan pagelaran seni di panggung budaya dalam area Gua Sunyaragi ini, terutama di malam minggu. Saya gak mau menampilkan gambar atau photo-photonya yaaa, silakan ketik 'Gua Sunyaragi' di Google , dijamin terpesona ! Hayuk atuh dikunjungi.... :)

Rabu, 12 Agustus 2009

Sidomba Bertanduk Tiga

Dari nama tempatnya, Sidomba, pastilah ada kaitannya dengan domba atau kambing. Ada yang mengira ini peternakan domba, namun sebenarnya Sidomba adalah tempat wisata, terletak di kaki Gunung Ciremai, daerah kuningan, tidak jauh dari Linggar Jati. Mungkin sekitar 10-an km dari Linggar Jati, namun memang lokasinya dari jalan raya Kuningan agak lebih jauh dibanding kita menuju Kawasan Linggar Jati, dan sebaiknya ada guide atau penunjuk jalan bagi yang belum pernah kesana. Fasilitas yang ada di Sidomba lumayan komplit seh..ada air terjun, meskipun mini he..he…Ada arena bermain anak, ayunannya enak loh di sini, bisa buat berlima atau berenam, unik deh…dan belum lama ini juga telah ada kolam renangnya, tentu jangan lewatkan kandang binatang layaknya kebun binatang mini, dengan isinya seperti Burung Onta, Merak, Buaya, Monyet, dan yang unik adalah Sidomba Bertanduk Tiga. Dengan udara yang sejuk banget khas nuansa pegunungan, tempat ini layak sebagai alternatif pilihan buat ngaso selain Linggar Jati. Cobalah ke sana !

Minggu, 26 Juli 2009

Cirebon Panas Bangeeettt !...

Suhu udara di kota Cirebon memang tergolong tinggi untuk daerah Jawa Barat. Rata-rata berkisar 32 – 34 derajat Celcius. Banyak para pendatang warga Jakarta, yang telah terbiasa menahan gerah dan kepanasan saat bermacet ria, setiba di kota ini langsung berkomentar ‘Cirebon panas banget ya!’ Uff….Terlebih untuk masa April sampai dengan September..whoahh! Andai saja pepohonan besar rindang berjajar manis di pinggir-pinggir jalan utama. Seperti di kota Medan (Jadi ingat enaknya jalan-jalan di Medan…adem!). Gimana pingin jalan-jalan adem, lha coba deh hitung, berapa pohon yang bisa kita jumpai sepanjang Pasar Pagi hingga perempatan Winaon, dan belok kiri atau lurus ke Pasar Kanoman atau belok kanan ke arah Pasar Balong, dengan jarak 1-2 km yang bisa bikin kaki kram, gak ada pepohonan bro! Yang ada pertokoan. Poor my hometown!...Bisa sich kerasa adem…kalo mampir di supermarket..he…he... Mata juga rasany sepet, gak ada kehijauan. Padahal warna hijau alami katanya baik bagi kesehatan mata. Pertokoan, bukan pepohonan he…he..., memang telah rapat dan berderet sejak jaman aku kecil. Tapi seharusnya tetap ada ruang untuk tanaman. Misalnya di sepanjang trotoar dibuat jejeran pot untuk tanaman hias. Kenapa nggak ? Semuanya sich balik lagi ke niat ingsun. Kudu niat ingsun dari para pemilik toko dan pemda, membuat ayem para pejalan kaki, dan para pengendara dapat merasakan sepoi-sepoi angin ketika melintasi jalanan kota yang sibuk. Hayuk, kita buat kota Cirebon hijau dari sekarang!...…

Rabu, 24 Juni 2009

Hotel di Cirebon

Soal bermalam di Cirebon adalah perkara mudah. Hotel di kota udang ini bertebaran,dari yang bertarif seratus ribu hingga enam digit nilai rupiah per malam!...Lihat di Jl. Kusnan tak jauh dari stasiun, ada hotel Mega, hotel mini yang didesain minimalis. Kelas standardnya relatif murah berkisar Rp.250.000,- per malam. Atau jika anda tak ingin jauh dari tempat shoping ada hotel Asia, dengan rate standard room berkisar Rp.350.000,- Meskipun letaknya dalam satu area dengan supermarket Asia dan dihimpit pertokoan lainnya, namun hotel ini memiliki juga failitas kolam renang khusus untuk para tamunya. Ada lagi sich hotel yang letaknya di satu area dengan pertokoan, yaitu hotel Grage. Siapa yang tak tahu letak Grage Mall ? Nah hotelnya terletak di belakang area Mall ini, atau jika masuk dari jalan Kartini kita akan langsung menuju lobby hotel begitu memasuki area parkiran mall. Tarifnya jika dibanding beberapa hotel standard di Cirebon lumayan mahal, di atas Rp. 400.000,- Atau bila ingin layanan hotel berbintang, ada Puri Santika, Aston, Swiss Bell Hotel, dan yang teranyar Luxton. Siapa yang tak tahu ? Soal rate per malam jangan ditanya, service yang dicari. Beberapa hotel di atas adalah yang aku rekomendasikan, karena tarif lumayan terjangkau dan servicenya berkategori cukup baik hingga memuaskan.
Jangan khawatir untuk para backpacker ada banyak penginapan semacam home stay, wisma, yang juga memiliki kondisi kamar yang bersih dengan tarif murmer dikisaran Rp. 250.000,- hingga Rp. 400.000,- per malamnya. Seperti Wisma Bahtera Jl. Cangkring 1 (recomended) . So...jangan ragu ke Cirebon !

Minggu, 22 Maret 2009

Cirebon atau Grage


Cirebon atau Grage kerapkali disebut kota wali (Sunan Gunung Jati, satu dari sembilan wali songo, berasal dari sini....dan makamnya jadi salah satu tempat ziarah populer di Jawa), ho..ho..ada juga yang menyebut kota becak, sementara lainnya menyebut kota transit. Tapi kunjungi deh web Indonesia-Archipelago yang mengungkapkan," In Cirebon, present-day charm combines with a sense of the past ."
So sweet..... Penasaran ?
Menelusuri jalanan sibuk dan sesekali ada juga sedikit kemacetan (ah, tak lama kok...namanya juga kota kecil....) di pusat keramaian kota Cirebon, akan kita temukan kondisi lalu lintas yang berbeda dengan daerah lainnya. Becak bebas bersliweran, kadang saling berebut penumpang dengan angkutan kota roda empat. Tak ada kawasan bebas becak, malah di beberapa jalan dalam kota, becak merajai, dalam arti, di jalan dimana berlaku ketentuan satu arah untuk roda dua dan empat, tak berlaku bagi becak ! Tukang becak akan dengan santainya mengayuh becak melawan arus kendaraan bermotor. Huaaaww....penumpangnya yang seringkali menjerit ngeri...Weleeehh...It's Cirebon gitu loh....!



 Ada baiknya, jelajahi pula jalanan kecil atau di Cirebon biasa disebut gang, karena di situlah sebenarnya jantung kota ini berdenyut. Nah, bila penasaran seperti apa keunikan masyarakat Cirebon, sambangi Kampung Panjunan, di tengah kepadatan pertokoan pusat kota. Warga etnis Arab, China, dan Pribumi Sunda-Jawa berasimilasi dengan harmonis. Perpaduan dari budaya yang berbeda antar etnis tersebut tercermin dalam hasil seni budayanya yaitu motif khas Cirebon-Mega Mendung-merupakan kombinasi gaya Persia, China, dan kaligrafi Islam (Arab). Wujud yang nyata tertera pada bangunan bersejarah di kota ini, seperti Masjid Agung Sang Cipta Rasa, yang dibangun tahun 1480, di kompleks keraton Kasepuhan, Masjid Merah di kampung Panjunan, dan kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati. Dinding bata merah yang menjadi ciri khas arsitektur Jawa, berpadu manis dengan tempelan

Chalwanka

Stop Press!...Ada yang menarik di Grage Mall, Pusat Perbelanjaan terbesar di Cirebon.Pada tgl 20,21,dan 22 Maret 2009, di salah satu atrium hall nya, digelar pertunjukan seni musik etnik, gak tanggung-tanggung, dari Amerika Selatan. Chalwanka, Ethnic Music from Andes Mountain, South America. Chalwanka yang beranggotakan duet Lucho dan Pacha, Gitaris dan Peniup Antara (alat musik tiup yang terdiri dari rangkaian potongan bambu) membius pengunjung mall yang sedang beruntung sore itu. Sebelumnya, kelompok musik ini sukses melakukan kolaborasi dengan Ungu di Bandung. Jika Anda biasa mendengarkan major label maka mendengarkan musik mereka ibarat menemukan sebuah oase. Mereka tidak berbohong ketika menyebut diri merepresentasikan musik pegunungan Andes. Alunan Antara yang dimainkan oleh Pacha, apapun lagu yang dimainkannya memang memberikan sentuhan pegunungan, suasana tenang nan menghanyutkan. Antara atau Zampona sendiri adalah sejenis pan flute, alat musik tiup dari bambu yang merupakan leluhur harmonika. Ya, memang punya kaitan dengan Pan, si dewa penggembala pegunungan, karena konon, inilah alat musik yang digunakan Pan ketika menantang Apollo. Mendengar dan menyaksikan duet mereka di tengah keramaian sebuah mal adalah sebuah kombinasi unik yang langka....keteduhan musik Chalwanka menjadi lebih nyata. Sejuk. Dengan apik mereka memainkan berbagai jenis lagu. Lagu-lagu yang mereka mainkan mulai dari Chiquita, My Heart Will Go On, hingga Surgamu dari Ungu. Chalwanka telah mengeluarkan 4 album dan tengah menggarap album kelimanya. Keempat album yang pada tanggal 21 Maret itu di-display dan dijual seharga Rp60 ribu per album pada pertunjukkan mereka laris manis. Musik mereka benar-benar sanggup menghipnotis pengunjung Grage sore itu. Sukses untuk Chalwanka!